Gajah Mada Dan Berbagai Tanya Atas dirinya




Kalangan Budayawan dan peneliti kebudayaan Kerinci mengungkapkan dari sebuah Tambo Adat yang berasal dari desa Hiang Tinggi kecamatan Keliling Danau kabupaten Kerinci, didapati nama Gajah Mada berasal dari suku Kerinci.
''Memang dari sebuah Tambo Adat yang disimpan masyarakat Hiang Tinggi yang oleh peneliti juga diyakini sebagai salah satu dusun tertua di Kerinci, disebutkan Gajah Mada adalah turunan dari Indarjati, nenek moyang masyarakat setempat,'' kata Budayawan dan Peneliti Kebudayaan Kerinci Iskandar Zakaria, di Kerinci, Sabtu (4/3).
Tambo adat umumnya berisi silsilah dan gambaran sejarah peradaban mayarakat di masa lampau. Dalam Tambo Hiang yang disimpan para keturunan Depati Hatur Negri tersebut juga terlihat nama Gajah Mada hanya berdiri sendiri, dia tidak berketurunan lagi karena tidak ditemukan garis silsilah berikutnya di bawahnya.
''Sebagian tokoh adat di Kerinci berkeyakinan Gajah Mada yang dimaksud Tambo tersebut memang Gajah Mada yang menjadi maha patih di Kerajaan Majapahit di masa kejayaannya dulu, kerajaan yang pernah mencatatkan dirinya dalam sejarah sebagai pemersatu seluruh nusantara berangkat dari spirit sumpah 'Tan Amukti Palapa' sang Patih,'' terangnya.
Sementara budayawan Nukman SS merujuk pada kata 'Mada' dalam nama itu sendiri yang dinilai sebagai diksi asli yang berasal dari bahasa Kerinci. pasalnya menurut dia tidak ada bahasa lain yang memiliki pengertian atau pemaknaan tentang kata 'Mada' tersebut selain bahasa Kerinci dan Minangkabau.
''Dalam bahasa Kerinci kata 'Mada' itu berarti bengal tapi bukan nakal, atau dalam kata lain berati keras kepala, keras kemauan, mau mengikuti kehendak hatinya,'' terang Nukman.
Nama itu sangat pantas diberikan pada anak yang rada bengal bertubuh gempal dan berwajah tidak ganteng seperti gajah tersebut, dan dikarenakan ke'mada'annya itulah Gajah Mada pun berikutnya menghilang dari 'Bumi Sakti Alam Kerinci'.
Diduga dia meninggalkan rumah karena suatu perisitiwa perselisihan paham dengan orang tuanya, dengan tabiat yang keras hati sangatlah besar kemungkinan si Gajah Mada remaja itu membuat keputusan nekad lari dari rumah dan pergi merantau ke negeri lain dan tak kembali lagi.
''Dalam kebudayaan Kerinci hegemoni orang tua terhadap anaknya sangat besar. Anak yang melawan atau membangkang pada orang tuanya selalu diancam oleh sistem adat yang disebut 'dikutuk sko' secara harfiah idiom itu berarti Kena Kutukan Pusaka.
Dan kemungkinannya itulah yang terjadi atas diri Gajah Mada, mungkin dia merasa telah kena 'kutuk sko' tadi, sehingganya dia merasa harus pergi sejauh-jauhnya dan tidak harus kembali lagi, sehingganya berikutnya dia benar-benar telah menghilang.
Pasalnya bagi yang telah 'dikutuk sko' maka orang tersebut berarti sama sekali telah putus hak dan kewajibannya atas komunitas adat mereka, sekali tercap seperti itu maka dia tidak bisa kembali lagi mengaku sebagai orang Kerinci.
''Di daerah tempat Tambo adat itu juga dikenal adanya istilah dalam masyarakatnya yakni 'ninek nan hilang di laman'. Secara harfiah kalimat itu berarti 'orang tua atau nenek moyang yang hilang di halaman'. Mungkin istilah itu muncul merujuk pada hilangnya si Gajah Mada di masa lalu itu,'' kata Nukman SS.
Sementara Radjimo salah seorang peneliti antropologi urban dari Interseksi Foundation Jakarta menilai kontroversi keberadaan asal usul Gajah Mada memang teramat sering mengundang Polemik kalangan sejarawan selama ini.
''Ada beberapa daerah yang mengklaim kalau sosok fenomenal itu berasal dari daerah mereka, sebelum Kerinci, masyarakat Minangkabau dan Banten telah lebih dahulu terang-terangan mengungkapkan hal serupa, namun hingga kini klaim itu tetap saja belum bisa menjadi kesimpulan, karena masih perlu bukti berupa data dan fakta pelengkap untuk diriset lebih lanjut,'' kata Radjimo.
Kerinci ternyata memiliki Tambo adat berisi silsilah tentang hal itu yang bisa jadi fakta, tapi yang unik meskipun masyarakat Kerinci memiliki Tambo itu kenapa mereka justru sama sekali tidak pernah mengaku-ngaku atau menggembar-gemborkan Gajah Mada berasal dari Kerinci seperti yang dilakukan masyarakat daerah lain.
''Baru sekarang saya tahu kalau di Kerinci ada sistem adat 'Dikutuk Sko' itu, bisa jadi dia telah kena sistem itu, sehingga masyarakat Kerinci tidak mau mengingat dan mengakuinya lagi sebagai keturunan suku Kerinci, terbuang dari silsilahnya, karena dianggap telah durhaka. Hal ini menarik untuk diriset lebih mendalam,'' tambahnya. (K-5/Ant)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ASAL USUL NENEK MOYANG KERINCI

Komunikasi Matematika