Sakti Alam Kerinci
Begitulah,
konon, Kerinci adalah sekepal tanah surga yang dilempar oleh Tuhan ke
bumi. Karena itu, Kerinci terkenal sebagai kabupaten paling elok di
Provinsi Jambi.
Seperti namanya, kata kerinci berasal dari bahasa Tamil: Kurinji, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes kunthiana) yang tumbuh di India selatan di ketinggian di atas 1.800 meter di atas permukaan laut.
Tak
cuma danau dan gunung yang menawarkan kemolekan, di bumi Kerinci juga
terdapat berbagai peninggalan warisan budaya yang tak ternilai
harganya. Oleh sebab itu, tak heran jika Malaysia mengincar warisan
budaya Kerinci untuk dibawa ke Negeri Jiran itu sebagai cermin masa
lalu bangsa Malaysia yang masih serumpun dengan orang Kerinci, yakni
suku Melayu.
Menyebut nama Kerinci, yang melintas di ingatan adalah gunung dan tasik (danau) yang sama-sama menggunakan nama Kerinci. Membayangkan keduanya, yang muncul adalah keindahan.
Gunung
Kerinci (juga dieja "Kerintji", dan dikenal sebagai Gunung Gadang,
Berapi Kurinci, Kerinchi, Korinci, atau Puncak Indrapura) adalah gunung
tertinggi di Sumatera (3.805 di atas permukaan laut), dan puncak
tertinggi di Indonesia di luar Papua. Gunung Kerinci terletak di
Pegunungan Bukit Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130
kilometer sebelah selatan Padang. Gunung ini dikelilingi hutan lebat
Taman Nasional Kerinci Seblat dan merupakan habitat harimau sumatera dan
badak sumatera. Kerinci masih aktif dan terakhir kali meletus pada
2009.
Sementara
Danau Kerinci adalah sebuah danau yang memiliki luas 4.200 hektar
dengan kedalaman 110 meter dan terletak di ketinggian 783 meter di atas
permukaan laut. Danau ini menyimpan banyak jenis ikan. Ikan semah
merupakan jenis yang paling digemari dan merupakan ikan endemik. Danau
Kerinci terletak di dua kecamatan, yaitu Danau Kerinci dan Keliling
Danau.
Terdapat
beberapa lokasi yang menarik di beberapa desa di sekitar Danau
Kerinci, yaitu Daerah Pesanggarahan di mana kita bisa melihat
pemandangan Danau Kerinci dari atas, Tanjung Hatta adalah tempat Bung
Hatta menikmati panorama Danau Kerinci dan menanam pohon di sana, Desa
Seleman terdapat Rumah Laheik yang merupakan rumah khas kerinci, di
Desa Pulau Tengah terdapat Dolmen Batu Raja dan Masjid Keramat Pulau
Tengah, serta di sekitar Danau Kerinci terdapat sejumlah batu berukir
yang diduga peninggalan zaman megalit.
Tak
cuma panorama alam, Kerinci juga memiliki potensi nilai seni dan
budaya cukup besar dengan keragaman yang sangat tinggi. Potensi seni
yang berkembang di daerah ini di antaranya seni musik daerah,
nyanyian-nyanyian daerah, tarian daerah, kesenian bernuansa islami, dan
berbagai bentuk seni tradisional lainnya. Eksistensi kesenian daerah
dimungkinkan oleh keberadaan kelompok-kelompok seni daerah yang tersebar
di sejumlah daerah pedesaan yang meliputi seni teater sebanyak 28
buah, seni tari sebanyak 65 buah, seni musik sebanyak 52 buah, seni
musik kasidah/rebana sebanyak 48 buah, dan wayang sebanyak 9 buah.
Pertunjukan
kesenian daerah umumnya dikaitkan langsung dengan acara-acara
serimonial seperti acara pernikahan, menyambut kelahiran seorang bayi,
peresmian rumah tempat tinggal, acara sunatan anak laki-laki, atau
bentuk acara lainnya.
Selain
kesenian daerah, Kabupaten Kerinci juga memiliki potensi budaya daerah
yang sangat besar dan bernilai luhur karena tumbuh secara alami dari
akar budaya masyarakat secara turun temurun hingga ratusan tahun.
Hingga saat ini, masyarakat masih memegang teguh nilai-nilai budaya
daerah baik dalam pelaksanaan berbagai acara adat maupun acara
serimonial serta penyelesaian berbagai persoalan kemasyarakatan dalam
kehidupan sehari-hari yang menyangkut harta benda atau perbuatan
kriminal dan asusila. Beberapa sko Kerinci sangat khas dan langka,
tidak ditemukan ada di tempat lain, seperti halnya naskah Melayu tertua
berupa kita undang-undang di Desa Tanjung Tanah yang merupakan warisan
dari raja Melayu pra-Islam, yakni Adityawarman.
Lalu
beberapa bentuk budaya lainnya, seperti seni bersenandung Tale,
tradisi tutur Kunoun dan Kba, berbagai seni pertunjukan tradisional
seperti tarian, teater, dan atraksi warisan budaya megalitik seperti
tari asek, tari rangguk, marcok. Begitu juga dengan warisan sastra
berupa mantra, pantun, seloko, penno, tambo, dan lain sebagainya.
Kesemua
itu tidak ditemukan lagi di daerah lain di Provinsi Jambi. Masyarakat
Kerinci malah harus berbangga karena telah mampu merawat dan
melastarikan keberadaannya hingga jadi warisan budaya yang luhur dan
abadi hingga kini.
Suku Kerinci
Suku
Kerinci sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatera
termasuk ras Mongoloid Selatan berbahasa Austronesia. Berdasarkan bahasa
dan adat istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Melayu dan
paling dekat dengan Minangkabau dan Melayu Jambi. Sebagian besar suku
Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang
bisa berbeda cukup jauh antarsatu tempat dengan tempat lainnya di dalam
wilayah Kabupaten Kerinci. Untuk berbicara dengan pendatang biasanya
digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa Indonesia (yang masih dikenal
dengan sebutan Melayu Tinggi).
Sebagian penulis, seperti Van Vollenhoven, memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat (adatrechtskring) Sumatera Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai wilayah rantau Minangkabau.
Suku
Kerinci merupakan masyarakat matrilineal. Sebagaimana diketahui dari
Naskah Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua yang ditemukan di Kerinci,
pada abad ke-14 Kerinci menjadi bagian dari kerajaan Malayu dengan
Dharmasraya sebagai ibu kota. Setelah Adityawarman menjadi maharaja, ibu
kota dipindahkan ke Saruaso dekat Pagaruyung di Tanah Datar.
Sebagian
besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam
dialek, yang bisa berbeda cukup jauh antarsatu tempat dengan tempat
lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci. Untuk berbicara dengan
pendatang, biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa Indonesia
(yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi).
Upacara tradisi
Salah
satu tradisi yang masih dipertahankan dalam berbagai suku bangsa
adalah tradisi pelaksanaan pesta adat siap panen. Hampir setiap daerah
masih melaksanakannya, seperti upacara adat fuaton di Nusa Tenggara
Timur, upacara adat aruh mahannyari pada suku Dayak, upacara penolak
bala sebagai rasa syukur setelah berhasil panen di Sulawesi Selatan,
dan lain sebagainya. Tradisi-tradisi ini di maksud untuk mensyukuri
hasil panen yang telah didapat oleh masyarakat, sekaligus memohon
berkah agar mereka mendapat hasil yang lebih baik pada musim panen
mendatang.
Begitu
juga halnya yang terjadi pada masyarakat yang ada di Provinsi Jambi,
yakni di Kabupaten Kerinci. Mereka dikenal sebagai orang Melayu Tua
(Zakaria, 1985:15). Orang Melayu Tua tersebut masih mengenal
bentuk-bentuk upacara atau pesta adat siap panen yang lebih dikenal
dengan istilah kenduri sko. Kenduri sko merupakan upacara adat yang
terbesar di daerah Kerinci dan termasuk kedalam upacara adat Titian
Teras Bertangga Batu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Daud (1991:32)
bahwa upacara adat di Kerinci dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian
yang disebut dengan: Upacara Adat Titian Teras Bertangga Batu; Upacara
Adat Cupak Gantang Kerja Kerapat; Upacara Adat Tumbuh-tumbuh
Roman-roman.
Sebagaimana
tradisi-tradisi dalam upacara adat di setiap masyarakat, upacara
kenduri sko di Kerinci memiliki arti penting bagi masyarakat setempat.
Upacara kenduri sko merupakan upacara puncak kebudayaan masyarakat
Kerinci.
Dengan
kata lain dapat diartikan sebagai suatu perhelatan tradisional
masyarakat Kerinci dengan maksud dan tujuan tertentu. Upacara kenduri
sko hanya dilakukan pada desa persekutuan adat atau masyarakat adat
dari dusun asal desa-desa yang memiliki sejarah tetua adat depati ninik
mamak dan juga memiliki benda-benda pusaka.
Kenduri
sko merupakan upacara adat terbesar yang ada di Kerinci dan mempunyai
makna tersendiri bagi masyarakat. Di dalam upacara tersebut terdapat
acara penurunan benda-benda pusaka nenek moyang, serta pemberian gelar
adat kepada pemangku-pemangku adat yang baru yang akan memimpin adat
desa tersebut. Dengan demikian, upacara kenduri sko sangat penting
sekali bagi orang Melayu Tua yang ada di Kabupaten Kerinci, khususnya
Desa Keluru.
Komentar
Posting Komentar